Mudah karena, bukan hanya para pelaku usaha
besar atau pedagang saja yang memiliki saingan
usaha barang bekas yang boleh dibilang menjanjikan
banyak memiliki saingan, bahkan saling ,menjatuhkan
benarkah demikian? Berikut penuturan Tatang
jangan anggap sepele bisnis mengumpulkan barang bekas, sepintas memang terlihat seperti pekerjaan yang kurang menguntungkan dan seperti tidak ada persaingan. Namun ternyata lain kenyataannya, tatang warga pasir Peuteuy RT 02 / RW 01 Pawindan adalah seorang yang menekuni usaha tersebut. Sepintas tak ada yang istimewa dari barang – barang bekas yang dikumpulkan tatang, hanya rongsokan seperti kertas, botol dan lain sebagainya. Kepada radar ia mengatakan, dirinya kurang lebih sudah tiga tahun menekuni usaha menjadi pengumpul barang bekas. Mulanya ia bekerja ditasik pada usaha yang sama milik kakaknya, kemudian ia berinisiatif untuk membuka sendiri usaha serupa di ciamis. Namun baru sebatas menampung dari para pengumpul gerobak saja untuk selanjutnya dujual dalam partai besar kepada para Bandar yang lebih besar dan memiliki alat daur ulang barang bekas. “semua juga maunya punya pengolahan limbah sendiri, tapi kan semuanya kembali kemasalah dana “ ujarnya Jika biasanya para pengusaha barang bekas memiliki tempat daur ulang sendiri, tidak demikian dengan tatang, dirinya mengaku ia masih belajar menekuni bisnis tersebut dan belum bisa melakukan daur ulang sendiri seperti yang lain karena modal yang masih terbatas.Tatang membeli barang bekas dari orang lain tapi ia sendiripun ikut turun ke lapangan untuk berburu. Tujuannya adalah agar jika dilapangan terjadi perubahan harga maka ia bisa tahu dan bisa mengantisipasi usahanya.
Ia menuturkan harga barang bekas beragam tergantung jenisnya, untuk barang bekas seperti kertas duplek misalnya ia biasanya membeli paling rendah RP 400 rupiah per kilo nya. Beda lagi menurutnya jika dibandingka dengan besi yang jauh lebih mahal, bisa mencapai Rp. 3200 per kilo.Dari hasil usahanya tersebut ia bisa meraup untung bersih rata – rata 5 juta rupiah perbulannya. Ia menbjelaskan kendala dalam usaha barbek adalah ketika harga jual dibandar turun padahal ia beli dari konsumen masih dengan harga tinggi.Selain itu menurutnya banyaknya para pelaku usaha yang sama menjadikan persaingan semakin ketat terutama dalam masalah harga, ia mengatakan banyak para pengusaha barang bekas yang memiliki modal besar sering menjatuhkan harga beli dikonsumen dan saling dempet, sehingga iapun kadang harus menyesuaikan diri dengan harga tersebut. “ pasaran harga banyak yang bermain tidak sehat, sering saling jatuhkan harga untungnya saya juga turun langsng kelapangan jadi tahu kalau ada perubahan ini itu “ keluhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar